Makanan
Makanan adalah sesuatu yang kita cari dan kita masukan kedalam tubuh
kita, diproses menjadi darah dan daging. Maka dari itu apa yang kita
makan akan mendarah daging didalam tubuh kita. Begitu juga dengan baik
buruknya makanan tersebut. Jika makanan tersebut baik maka akan mendarah
daging menjadi hal yang baik pula. Tetapi jika makanan itu buruk maka
akan mendarah daging menjadi yang buruk pula di dalam tubuh kita.
Kebaikan dan keburukan makanan tak dinilai dari rasa dan penampilannya,
tetapi dari bagaimana makanan itu berasal, bagaimana kita mendapatkan
makanan tersebut. dengan cara halal kah atau dengan cara haram kah?
Sebuah hadist nabi yang diriwayatkan oleh HR. Tabrani mengatakan bahawa
dahulu Sa’ad Bin Ai Waqash pernah meminta baginda rosullullah untuk
mendoakannya agar segera di kabulkan. Maka serta merta baginda menjawab,
“hai Sa’ad perbaikilah makanan mu maka niscaya doamu akan di kabulkan.
Sesungguhnya orang yang telah memasukan makanan haram kepada tubuhnya
maka doanya tidak akan diterima selama 40 hari”. Tak hanya itu saja
sebuah riwayat dan sumber yang menjelaskan dan menunjukan bukti bahwa
makanan sering kali kita lupakan sebelum kita berdoa.
Suatu kisah ada seorang ulama di arab yang setiap doanya selalu
dikabulkan oleh Allah. Suatu hari ulama itu pergi ke kota untuk membeli
kurma, ketika penjual kurma sedang melayaninya dan menimbang kurmanya,
dia melihat ada satu kurma tergeletak di dekat timbangan. Dia pun
mengambil dan memakan kurma itu karena mengira bahwa kurma itu adalah
kurma miliknya yang jatuh saat proses penimbangan. Menjelang beberapa
hari setelah kejadian itu, dia tak merasakan adanya perubahan hanya
suatu ketika ketika dia sedang berzikir ada dibelakangnya suara-suara
ghaib yang sedang bercakap-cakap membicarakan dia. “ kau lihat, lelaki
tua itu? Dia adalah lelaki yang dulunya selalu dikabulkan doa-doanya
oleh Allah, tetapi sekarang doa-doanya tidak akan dikabulkan selama 40
hari karena dia telah memakan sesutu yang bukan haknya”. Mendengar
percakapan itu, lelaki alim itu langsung bingung dan mengingat-ingat
makanan apakah yang sekiranya telah masuk kedalam kerongkongannya yang
bukan haknya. Maka dia ingat akan kejadian buah kurma itu. Hingga
setelah itu lelaki ini langsung kembali ke kota dan mencari pedagang
kurma yang dulu. Sayangnya sesampai disana pedagang korma telah
berganti, bukan lagi orang yang dulu melayaninya. Begitu dia meminta
penjelasan baru tahulah dia jika pedagang kurma yang dulu telah
meninggal dan kini anaknya yang meneruskan. Maka diapun segera
menceritakan perihal yang menimpa dirinya, sang anak memaafkan dan
mengikhlaskan kurma itu. Tetapi ternyata ahli waris dari pedagang kurma
itu bukan hanya satu orang melainkan 7 orang, maka pergilah lelaki alim
itu menemui satu persatu ahli waris sang pedagang kurma. Setelah lengkap
semua ahli waris memaafkan dan mengikhlaskan beliau tampak lega. Sambil
menuju perjalanan pulang terdengarlah kembali percakapan ghaib
dibelakangnya “lihatlah..dialah lelaki alim yang kemarin doa-doanya tak
dikabulkan oleh Allah, tetapi sekarang Allah sudah mengabulkan doanya”.
Pelajaran Dari Pentingnya Makanan Halal Terhadap Doa Kita
Melihat kisah yang tidak main-main diatas tentunya kita harus sadar.
Bahwa benar adanya bahwa makanan adalah faktor penyebab tidak
terkabulnya doa yang sering kita remehkan. Apalagi manusia sekarang
banyak yang menganggap semuanya remeh. Apa yang ada di meja makan
langsung dimakan karena menganggap siapapun yang memiliki pasti akan
mengikhlaskannya. Padahal tak seharusnya kita menarik kesimpulan seperti
itu. Pada kenyataanya ihklas adalah hal yang tidak mudah. Dan jika
seseorang tidak mengikhlaskan akan apa yang sudah masuk kedalam tubuh
kita maka sudah masuk dalam hitungan makanan haram. Maka dari itu
sebaiknya kita berhati-hati dalam memperhatikan makanan yang masuk
karena bisa menjadi rahasia mujarab terkabulnya doa yang justru kita lewatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar