VIVA.co.id - Ia lahir tahun 1940, anak perempuan ketiga seorang pekerja bangunan di Tokyo. Ia lahir dari keluarga sederhana, sehingga Naoko harus bekerja sebagai pramuniaga di perusahaan asuransi jiwa Chiyoda, sampai ia lulus sekolah lanjutan pertama pada tahun 1955.
Wanita berdarah Jepang ini adalah seorang geisha. Dalam bahasa Jepang, geisha berarti "orang seni" atau orang yang terampil dalam seni tradisional Jepang seperti musik, tari, menyanyi, dan upacara minum teh.
Kebanyakan orang mengira geisha adalah pelacur. Geisha sejati jarang terlibat hubungan seksual dengan pelanggannya. Peran utama geisha adalah sebagai penghibur.
Para geisha biasanya dipanggil ke pesta di mana mereka bertugas menghidupkan suasana dengan menari, menyanyi, atau cara lain.
Dalam buku Total Soekarno karya Roso Daras diceritakan bahwa Naoko menekuni profesi geisha di Akasaka’s Copacabana di Tokyo, salah satu kelab malam favorit yang sering dikunjungi para tamu asing.
Ke kelab inilah Sukarno datang pada 16 Juni 1959. Ia bertemu Naoko. Kecantikan Naoko membuat Bung Karno jatuh cinta.
Dengan dicomblangi Masao Kubo, Bung Karno berkesempatan berjumpa kembali dengan Naoko di hotel tempat Bung Karno menginap.
Setahun kemudian, ia mengundurkan diri dari profesi geisha. Tak lama, Bung Karno segera melayangkan undangan kepada Naoko untuk berkunjung ke Indonesia. Soekarno bahkan menemaninya dalam salah satu perjalanan wisata ke Pulau Dewata.
Tiga tahun kemudian, tepatnya 3 Maret 1962, Naoko menerima pinangan Bung Karno, dan mengganti namanya dengan nama pemberian Soekarno. Naoko Nemoto menjadi Ratna Sari Dewi. Orang-orang kemudian menyebutnya Dewi Soekarno.
Bung Karno menikah dengan Dewi dan dikaruniai satu putri, Kartika Sari Dewi Soekarno atau Kartika Soekarno, dan akrab dipanggil Kartika Sari Dewi.
Pada akhirnya Ratna Sari Dewi dan Hartini yang begitu terlibat secara emosional dengan Bung Karno di hari-hari terakhir kehidupan Bung Karno sebelum mangkat.
Hartini yang setia mendampingi di saat ajal menjemput. Hartini tahu, dalam keadaan setengah sadar di akhir-akhir hidupnya, Bung Karno membisikkan nama Ratna Sari Dewi. Hal itu diketahui pula oleh Rachmawati.
Rachmawati, putri Bung Karno yang paling sering mendampingi bapaknya di akhir hayat, luluh hatinya. Tak ada lagi rasa "tak suka" kepada Hartini maupun Ratna Sari Dewi.
Rachma sadar, ayahnya begitu mencintai Hartini dan Dewi, sama seperti besarnya cinta Bung Karno kepada Fatmawati, ibunya. (one)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar