Mendiang Presiden Soeharto dikenal sebagai orang yang sangat memelihara spiritual Jawa. Ia adalah salah satu tokoh yang cukup kuat kebatinannya pada saat itu. Gurunya tidak banyak, tapi ada orang yang mengaku-aku sebagai gurunya.
Padahal, Soeharto adalah mahaguru dalam kebatinan Jawa. Cuma hal itu untuk dirinya sendiri.
"Saya bisa membikin sejarah perguruannya. Dia pernah berguru pada Romo Marto dan Romo Budi. Soedjono Humardani yang disebut-sebut tokoh kebatinan Jawa di bawah Soeharto. Sedangkan nama Romo Diyat dari Semarang adalah teman seperguruannya. Banyak orang mengaku sebagai guru spiritual Soeharto," ujar Masud Thoyib, staf ahli TMII yang dekat dengan keluarga Cendana.
Diuraikan Masud, setiap weton (hari lahir), Soeharto mengumpulkan para ahli spiritual. Mereka diajak bersemedi bersama sebagai wujud rasa syukur telah dilahirkan atas kehendak Tuhan. Tapi di situ tidak ada istilah Soeharto meminta nasehat. Dia sendiri juga bisa tanya langsung pada Tuhan.
"Misalnya suatu saat akan meninjau ke Kalimantan. Lalu ada suara bilang begini,”"Ojo mangkat!" (jangan berangkat). Dia tidak berangkat ternyata pesawatnya meledak. Suara itu namanya pundensari. Ini suara Tuhan," katanya.
Soeharto selain menjalankan salat secara Islam juga melaksanakan meditasi setiap hari. Kemudian setiap tindakannya minta petunjuk Tuhan. Lalu Tuhan akan memberikan petunjuk melalui suaraning asepi. Pengertiannya adalah bisikan pada saat suasana paling hening
Menentukan Menteri melalui wangsit
Hal ini semacam petunjuk atau orang jJwa mengatakan dawuh. Petunjuk beda dengan wangsit. Petunjuk datang pada saat dikehendaki. Sedang wangsit tidak bisa ditentukan waktunya. Misalnya untuk menentukan seorang menteri tidak tiba-tiba begitu saja.
Jadi itu hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki meditasi tingkat tinggi. Dengan cara seperti itu muncul spirit yang keluar dari dalam. Jika orang pernah bertemu Soeharto akan merasakan semacam ada angin yang berdesir di badannya.
Jika melihat foto-foto dulu pasti tangannya sedang bersedekap. Jadi ada suasana yang tentram pada lingkarannya. Aura semacam itu karena diasah terus menerus dan menjadi cara hidup sepanjang masa.
Dia juga menghormati dan melaksanakan upacara-upacara adat Jawa. Misalnya dalam upacara perkawinan, dalam memasang bleketepe, meski rumah sudah demikian modern, tetap melakukan upacara itu. Hal ini menjadi bukti bahwa Soeharto memelihara budaya Jawa.
Menurut Masud, Soeharto melakukan hal itu karena sebagai orang Jawa yang merasa Jawa. Dia memahami budaya Jawa. Hal itu menjadi pegangannya.
"Saya tidak tahu laku yang dilakukan Soeharto di rumah. Masalahnya jika di rumah lebih sinengker. Setahu saya dia tidak memiliki ruang khusus tapi cuma kamar biasa di mana sehari-hari memang untuk bersemedi. Saya cuma melihat dari luar tidak masuk kedalam.
Menurut saya, suasana rumah cendana sederhana, plafonnya rendah. Ada jendela yang memakai teralis, ukirannya juga tidak bagus. Justru dalam kesederhanaannya, rumah itu berwibawa," ujar dia. (ren)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar