Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt
Segala puji milik Allah swt yang
telah memberikan kita berbagai macam kenikmatan sehingga kita dapat memenuhi
panggilan-Nya untuk menunaikan shalat Jumat. Nikmat yang kita dapatkan tidak
lain harus digunakan dalam rangka memenuhi syariat yang telah ditetapkan-Nya.
Shalawat beserta salam, mari kita haturkan bersama kepada Nabi Muhammad saw,
juga kepada para keluarganya, sahabatnya, dan semoga melimpah kepada kita semua
selaku umatnya. Aamiiin ya Rabbal ‘alamin.
Di hari yang istimewa ini, marilah kita meningkatkan ketakwaan kita kepada
Allah swt. Karena, orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling
bertakwa kepada-Nya. Peningkatan takwa ini sangat penting dilakukan oleh kita
mengingat hal tersebut merupakan bekal yang harus kita bawa kelak di akhirat
nanti. Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt., Saat ini, kita sudah memasuki
hari-hari akhir di tahun 1443 Hijriyah. Dua pekan lagi, kita akan memasuki
tahun baru 1 Muharram 1444 Hijriyah. Waktu berjalan begitu saja tanpa terasa.
Namun, kita rasa-rasanya belum bisa memanfaatkan waktu tersebut dengan baik.
Hari demi hari lagi-lagi dilalui dengan berbagai macam kesalahan. Namun, hal
itu dianggap angin lalu tanpa coba kita perbaiki di kemudian hari.
Memasuki akhir tahun dan menghadapi awal tahun baru, sudah sepatutnya kita
menengok apa saja yang telah kita perbuat dan merencanakan perbaikan ke
depannya. Allah swt telah berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Hasyr ayat 18:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا
اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ
اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan."
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt,
Kita harus memaafkan masa lalu.
Memaafkan bukan berarti melupakan. Memaafkan menjadi langkah awal untuk
memperbaiki langkah di masa yang akan datang. Sementara masa kini harus kita
hadapi. Sebab, masa kini inilah yang ada persis di depan mata. Kita tak bisa
menghindarinya. Mau tidak mau, itu harus dihadapi dengan cara dan sikap sebaik
mungkin. Adapun masa depan harus kita persiapkan. Persiapan menuju masa depan
dimulai dengan melihat mana yang perlu diperbaiki dari masa lalu yang telah
kita lewati dan masa kini yang tengah dihadapi. Kaum Muslimin yang berbahagia,
Hari esok yang dimaksud pada ayat tersebut menurut pandangan banyak ulama
adalah akhirat. Akhirat ini tidak bisa dilepaskan begitu saja dengan dunia yang
menjadi jembatan menujunya. Makanya, ada satu nasehat penting:
اِعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعْيْشُ
أَبَدًا وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَأنَّكَ تَمُوْتُ غدًا
Artinya: "Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan hidup selamanya dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan kau mati esok."
Pekerjaan yang tampaknya duniawi
jika dilakukan untuk memenuhi kekuatan dalam beribadah juga termasuk ibadah
yang bernilai akhirat. Lalu, kapan tiba waktunya kita di akhirat? Kita sendiri
tidak ada yang mengetahui kapan, di mana, dan dalam keadaan bagaimana ajal
tiba. Hal ini sudah ditegaskan Allah swt dalam Al-Qur’an Surat Luqman ayat 34:
اِنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗ عِلْمُ السَّاعَةِۚ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْاَرْحَامِۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًاۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌۢ بِاَيِّ اَرْضٍ تَمُوْتُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya: "Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal".
Dalam kitab Al-Bahrul Muhith, Tafsir
Ibnu Katsir dan Tafsir Muqatil, dijelaskan bahwa tidak ada yang mengetahui
kelak akan bekerja sebagai apa, apakah baik atau buruk. Pun kita akan meninggal
di mana, di darat, di laut, atau dalam keadaan yang seperti apa? Wallahu a'lam.
Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah saw mengingatkan kita agar memanfaatkan
waktu sebaik-baiknya.
اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ:
شَبَابَكَ قَبْلَ هِرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاءَكَ قَبْلَ
فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
Artinya: “Gunakan lima perkara sebelum datang lima perkara; masa mudamu sebelum masa tua, sehatmu sebelum sakitamu, kekayaanmu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum kesibukanmu dan kehidupanmu sebelum kematianmu.” (HR Al Hakim)
Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan betul waktu yang 24 jam yang telah disediakan untuk kita. Ini tidak lain agar kita betul-betul siap untuk menghadap Allah swt dengan bekal ketakwaan yang telah saban hari kita tingkatkan. Semoga Allah swt memberikan kita kekuatan dan kesempatan untuk terus memperbaiki masa depan sehingga kita dapat menghadap kepada Allah swt dengan husnul khatimah.