Minggu, 22 Desember 2013

Israel Anggap PBB Anjing Menggonggong

Bagaimanakah Negara Palestina di mata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Ban Ki-moon? Menurut diplomat Korea Selatan ini, untuk menuju Negara Palestina Merdeka harus ada pembicaraan damai yang berujung pada pendirian dua negara: Palestina berdampingan dengan Israel.
Ban Ki-moon berpandangan Tahun 2014 merupakan waktu tepat untuk pembicaraan damai. Jangan sampai terlewatkan. Pembicaraan damai yang bertujuan menghentikan penjajahan yang telah berlangsung sejak 1967 serta mendirikan Negara Palestina Merdeka dan Berdaulat dengan batas-batas sebelum tahun 1967.
Ini berarti Madinatul Quds (Jerusalem) Timur, Jalur Gaza, Semenanjung Sinai (telah dikembalikan ke Mesir), Tepi Barat, dan Dataran Tinggi Golan (Suriah) yang telah diduduki Israel sejak 1967 harus dikembalikan kepada Palestina dan Arab. Menurut Ban, hanya dengan itu bangsa Palestina bisa hidup berdampingan dengan negara Israel dengan rasa aman.
Namun, lanjutnya, Al Quds (Madinatul Quds) harus dikeluarkan dari materi pembicaraan damai. Ia sepakat Al Quds merupakan ibukota kedua negara, dengan syarat harus ada peraturan yang menjamin semua orang bisa mengunjungi tempat-tempat yang dianggap suci oleh para pemeluk agama. Selain itu, katanya, harus ada penyelesaian adil untuk memulangkan jutaan warga Palestina di pengasingan.
Pandangan Ban Ki-moon itu disampaikan ketika ia memberi pidato mengenai keputusan PBB yang menjadikan '2014 sebagai ‘Tahun Solidaritas Buat Bangsa Palestina' pada akhir November lalu. Keputusan itu diambil melalui pemungutan suara negara anggota PBB. Sejumlah 110 setuju, 7 menolak, dan 54 abstain.
Tahun lalu, pada bulan yang sama, Sidang Umum PBB juga telah menyetujui menjadikan Palestina sebagai pengamat non-anggota. Status ini secara otomatis merupakan pengakuan terhadap Negara Palestina. Pada saat itu, 138 negara anggota menyatakan setuju, 9 menolak, dan 41 abstain. Bisa dipasikan yang menolak adalah AS dan Israel serta konco-konconya.
Status baru Palestina di dunia internasional ini tentu patut disambut gembira. Namun, apakah status, pengakuan, dan solidaritas ini banyak artinya buat masyarakat Palestina yang sehari-hari hidup menderita di bawah pendudukan Zeonis Israel? Bukankah rakyat Palestina sudah terlalu sering mendengar janji-janji dari para pemimpin dunia?
Faktanya, Zeonis Israel, terutama pada pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sekarang ini, telah semakin berhasil menancapkan pengaruh Yahudi di wilayah-wilayah pendudukan. Caranya, antara lain dengan mengubah ciri-ciri khas Palestina dengan indentitas baru Yahudi. Termasuk nama-nama kampung, desa, dan jalan.
Menurut pemerhati masalah Palestina, 'Ato'ullah Marajoni, yang menulis di media Al Sharq Al Awsat edisi 9 Desember lalu, apa yang dilakukan Zeonis Israel ini sebenarnya strategi lama. Ia menunjuk sebuah buku berjudul 'Tahwidul Quds' (Mengyahudikan Al Quds) yang ditulis Rouhi Al Khatib pada 1970. Juga buku yang ditulis sastrawan dan politisi Palestina, Imil Habibi, tentang 'Mengyahudikan Palestina dan Orang-orang Palestina'. Di dalam kedua buku itu disebutkan bagaimana mengyahudikan budaya, gaya hidup, dan cara berpikir warga Palestina, terutama mereka yang hidup di bawah pendudukan Zeonis Israel.
Strategi 'mengyahudikan' Palestina ini tidak bisa dianggap remeh. Ia harus dipandang sebagai sama bahayanya dengan perang bersenjata. Strategi ini secara pelan-pelan tapi pasti akan menghilangkan identitas warga dan wilayah-wilayah Palestina yang diduduki Zeonis Israel. Yang terakhi ini kemudian menggantikannya dengan identitas Yahudi.
Yang paling gencar diserang oleh 'strategi mengyahudikan Palestina' ini adalah Al Quds bagian timur yang banyak dihuni warga Palestina. Hampir tiap hari warga Palestina di wilayah ini diancam, diteror, serta diusir. Tujuannya agar mereka tidak kerasan dan kemudian meninggalkan rumah-rumah mereka. Rumah-rumah warga Palestina ini kemudian dihancurkan dan dibangun pemukiman baru Yahudi.
Berikutnya adalah mengganggu keberadaan Masjidil Aqsa yang merukan tempat suci yang paling sensitif bagi umat Islam. Selain merusak bagian-bagian dari masjid yang merupakan kiblat pertama umat Islam ini, Zeonis Israel juga melarang-anak-anak muda shalat di masjid. Setiap orang Palestina yang masuk ke tempat suci ini harus diperiksa ketat. Sejumlah kelompok warga Yahudi juga menggelar perbagai pertunjukan musik yang hingar bingar tepat di depan masjid, yang bahkan sering berlangsung pada waktu-waktu shalat.
Semua itu dimaksudkan agar ketika berlangsung pembicaraan damai dengan delegasi Palestina, posisi Zeonis Israel di pihak yang kuat. Mereka akan mendasarkan pada bukti bahwa wilayah-wilayah yang diduduki selama ini secara faktual adalah beridentitas Yahudi: penghuni, budaya, gaya hidup, dan bahkan nama-nama kampung, desa, dan jalan-jalan. Itu sebabnya, Netanyahu menolak keras syarat bahwa pembicaraan damai dengan Palestina dikaitkan dengan pembangunan pemukiman baru Yahudi.
Dalam kondisi seperti itulah PBB menjadikan 2014 sebagai 'Tahun Solidaritas terhadap Bangsa Palestina'. Pertanyaannya, apa yang bisa diperbuat oleh PBB dan bahkan oleh Ban Ki-moon? Selama ini Zeonis Israel pun telah lama tidak memandang badan dunia itu.
Berbagai kecaman dan resolusi PBB (Majelis Umum dan DK) dianggapnya sepi. Bahkan dalam pembicaraan damai dengan Palestina, Zeonis Israel ogah melalui PBB. Mereka hanya mau pembicaraan secara langsung dengan delegasi Palestina yang difasilitasi oleh AS. Sementara Ban Ki-moon meskipun menjabat sebagai Sekjen PBB tidak mempunyai power. Tidak memiliki kekuatan memaksa. Ia tak lebih dan tak kurang hanya sebagai moderator dari negara-negara anggota badan dunia itu.
Apa pun, keputusan PBB untuk menjadikan 2014 sebagai tahun solidaritas untuk bangsa Palestina patut disambut gembira. Juga harapan-harapan besar Ban Ki-moon untuk bangsa Palestina. Walaupun kita juga tahu bahwa janji-janji PBB dan anggotanya, termasuk kecaman-kecaman mereka, ibarat tong kosong yang nyaring bunyinya. Zeonis Israel telah lama menganggap PBB hanyalah gong-gongan anjing. Mereka akan terus membangun pemukiman baru Yahudi dan mengubah apa pun yang berbau Palestina dengan identitas Yahudi. (By REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh Ikhwanul Kiram Mashuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar