Di bidang bisnis persewaan mobil mewah Jakarta, nama Aryanto
Mangundihardjo sangat dikenal luas. Selain koleksinya lengkap, sejumlah
artis top dunia pernah memanfaatkan jasa rentalnya. Menariknya, dia
mengawali kisah suksesnya menjadi loper koran.
Tempat usahanya mirip show room mobil mewah. Lihat saja, di ruang
pamernya terdapat 16 mobil jenis Toyota Alphard Vellfire, Toyota All New
Camry, Toyota Fortuner, Toyota Land Cruiser, Mercedes-Benz E250, hingga
Mercedes-Benz S300.
Semua tampak bersih-mengilat, dan seperti
masih kinyis-kinyis. Padahal mobil-mobil dengan harga selangit itu bukan
barang baru yang keluar dari pabrik. Mobil-mobil tersebut adalah
sebagian kendaraan yang disewakan Jakarta Limousine, perusahaan
persewaan mobil mewah di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan.
"Masih
ada belasan mobil lain milik partner yang biasa dititipkan ke kami,"
ujar Aryanto Mangundihardjo, owner Jakarta Limousine, pekan lalu.
Selain
16 mobil tersebut, Arya (sapaan Aryanto) juga menyediakan armada mobil
supermewah seperti Hummer H2, Hummer H2 Limousine, Ferrari Spider
Seraph, Bentley Flying Spur, hingga Rolls-Royce Phantom. Total ada 68
unit mobil mewah dari berbagai merek yang disiapkan Arya. Dengan armada
yang begitu lengkap, bisnis Jakarta Limousine pun berkembang pesat.
Namun,
kesuksesan itu tak diraih Arya dengan mudah. Perjalanan hidupnya adalah
kisah tentang seorang anak muda dengan jiwa yang penuh gejolak,
anti-kemapananan, berani menantang risiko, dan penuh kreativitas untuk
mengejar mimpi.
Pada 1991, di usia 15 tahun, pria kelahiran Jakarta, 14 Mei 1976, itu memilih berhenti sekolah dan jarang pulang ke
rumah.
Dia lebih tertarik memulai usaha meski dengan cara menjadi penjual
koran. Padahal, sebenarnya dia berasal dari keluarga yang cukup berada.
Ayahnya, Wiyoto Mangundihardjo, saat itu memiliki usaha persewaan alat
berat di Jakarta.
Berbulan-bulan menjual koran dengan
penghasilan pas-pasan membuat Arya terus memutar otak. Akhirnya,
muncullah ide kreatif nan jitu. Perkenalannya dengan seorang tukang
kredit keliling membuatnya bisa mendapat pinjaman uang Rp 300 ribu. Uang
tersebut kemudian dibelikan pager (alat komunikasi radio panggil).
Arya
lantas menulis nomor pager-nya dalam secarik kertas dan diselipkan di
setiap koran atau majalah yang dijualnya, dengan harapan para pembeli
bisa berlangganan dengan cara menghubunginya melalui nomor pager
tersebut.
"Sejak kecil, saya sudah terbiasa melihat bagaimana
orang tua saya berbisnis. Mungkin itu yang membuat saya bisa berpikir
kreatif untuk mencari uang," katanya lantas tertawa.
Strategi
itu berbuah manis. Didukung dengan pembawaannya yang supel dan piawai
berkomunikasi, dalam tiga tahun saja, Arya berhasil menggaet ratusan
pelanggan koran dan majalah di Jakarta dan sekitarnya. Untuk mengantar
pesanan yang makin banyak,
Arya bekerja sama dengan agen penyedia
jasa kurir. Dia pun mulai mengajak adik kandungnya untuk membantunya
mengurus pengiriman-pengiriman koran/majalah.
Namun, kemapanan
itu tak membuatnya cepat puas diri. Dia bahkan kemudian menyerahkan
usaha agen koran itu kepada adiknya. "Saat itu saya mikir, saya masih
muda, kok kerjanya hanya duduk-duduk saja, nggak ada lagi tantangannya.
Maka sekitar tahun 1994, kira-kira umur 18 tahun, saya mencoba pekerjaan
baru sebagai security atau satpam," ucapnya.
Pekerjaan satpam
itu menjadi batu loncatan berikutnya. Sebab, saat itu Arya sangat ingin
belajar menyetir mobil. "Saya bekerja di tempat usaha jual air mineral
galon. Di situ ada beberapa mobil pikap, jadi saya boleh belajar
menyetir. Nah, setelah bisa (menyetir), saya jadi sopir keliling ngantar
air mineral," ceritanya.
Setelah mahir menyetir, pada 1997 Arya
melamar dan kemudian diterima bekerja sebagai sopir di sebuah
perusahaan milik orang Jepang di Jakarta. Bekerja dengan orang asing
membuat Arya dituntut untuk mau belajar bahasa asing, seperti Jepang
maupun Inggris.
Setahun kemudian, Arya ganti profesi menjadi
sopir taksi Blue Bird. Tapi, pada 1999, dia minta pindah ke Bali. Dengan
bekal kemampuan bahasa asing yang lumayan, Arya pun ditugaskan menjadi
sopir Golden Bird di Bali. Golden Bird adalah unit bisnis Blue Bird yang
memberikan layanan mobil mewah/premium. "Saat itu, saya pegang (mobil)
Volvo," sebutnya.
Di Bali, Arya banyak bertemu dengan
orang-orang yang memiliki usaha rental mobil. Karena itu, ketika Bom
Bali I mengoyak ketenangan Pulau Dewata pada 12 Oktober 2002, Arya
memutuskan untuk balik ke Jakarta.
Saat itulah, dia mulai
merintis bisnis rental mobil. Bermodal uang simpanan sebesar Rp 3 juta,
Arya meminjam mobil Toyota Kijang milik kenalannya untuk ditawarkan
kepada orang yang membutuhkan mobil sewaan.
Untuk menggaet
pelanggan, Arya memasang iklan di beberapa surat kabar. Cara itu rupanya
cukup efektif. Pesanan demi pesanan terus mengalir. Beberapa kenalan
pun mulai menitipkan mobilnya kepada Arya untuk dimanfaatkan sebagai
mobil rental.
Bisnis rental itu mengalami lonjakan signifikan
ketika Arya mencoba peruntungan dengan ikut tender penyediaan mobil
untuk perusahaan obat nyamuk cair. Tak disangka, tender itu dimenangkan
Arya. Saat itu, perusahaan tersebut menyewa 14 unit mobil Toyota Kijang
selama 3 bulan, tapi dengan perhitungan sewa harian.
"Jadi,
waktu itu saya sewa mobil ke perusahaan rental dengan kontrak bulanan,
kemudian saya sewakan ke perusahaan itu dengan kontrak harian. Wah,
untungnya besar sekali. Dari situ, untuk pertama kalinya saya bisa
membeli mobil Kijang," ceritanya dengan wajah berbinar.
Setelah
itu, kontrak dari beberapa perusahaan berhasil digaetnya. Salah satunya
dari sebuah perusahaan ponsel yang menyewa 48 unit mobil untuk jangka
waktu beberapa tahun.
Bisnis rental pun berkembang pesat. Hingga
akhirnya Arya menangkap peluang bisnis baru pada 2006. Berawal dari
keluh kesah salah seorang pengusaha asal Rusia yang kesulitan mencari
rental mobil mewah di Jakarta, Arya kemudian banting setir dari rental
mobil biasa ke rental mobil mewah. Nama usahanya yang dulu Jakarta
Bahana, diganti menjadi Jakarta Limousine.
Arya pun berangsur
mulai menjual mobil-mobil Kijangnya untuk dibelikan kendaraan yang lebih
mewah. Pergaulan yang luas membuat Arya juga leluasa menghubungi
beberapa rekannya yang memiliki mobil-mobil supermewah.
Proposal
pun dimasukkan ke berbagai perusahaan, terutama perusahaan sektor
migas, batubara, dan perusahaan-perusahaan besar lain. Dalam waktu
singkat, order pun mengalir.
Selain para bos perusahaan,
pelanggan Jakarta Limousine juga banyak dari orang-orang yang menyewa
mobil untuk keperluan resepsi pernikahan, syuting film, maupun syuting
iklan. Banyak juga dari kantor kedutaan besar negara sahabat yang
menyewa mobil-mobil mewah untuk para pajabatnya yang berkunjung ke
Indonesia. Beberapa even besar juga pernah menggunakan jasa mobil
Jakarta Limousine, seperti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asean maupun
Sea Games.
Namun, yang lebih fenomenal adalah jajaran artis
kelas dunia yang tampil di Indonesia pernah menikmati servis Jakarta
Limousine. Sebut saja nama-nama beken seperti Linkin Park, Rihanna,
Beyonce Knowles, Katy Perry, hingga Justin Bieber.
Menurut Arya,
dibandingkan pelanggan lain, para artis biasanya memiliki permintaan
yang lebih rumit. Misalnya, minta belasan mobil dengan tipe dan warna
yang sama untuk artis dan seluruh kru. "Alasannya supaya fans ataupun
orang-orang tidak bisa mengetahui artis itu naik di mobil yang mana,"
katanya.
Arya menyebut, dari sekian armadanya, yang paling laris
disewa adalah jenis Toyota Alphard yang hampir setiap hari keluar.
Sedan Mercedez-Benz juga cukup laris disewa oleh pelanggan dari
perusahaan maupun kantor-kantor kedutaan.
Lalu, berapa harga
sewa yang harus dibayar untuk menikmati mobil-mobil mewah itu? Arya
mengatakan, harga sewa bisa berubah-ubah. Namun, sebagai gambaran, untuk
Toyota Alphard sekitar Rp 3 juta dan sedan Mercedez-Benz di kisaran Rp 5
"15 juta tergantung tipenya.
Sedangkan untuk mobil-mobil
supermewah, Arya mematok kisaran harga sewa yang selangit. Ferrari
Spider Seraph dipatok Rp 30 juta, Bentley Flying Spur Rp 32 juta, dan
Hummer H2 Limousine Rp 37,5 juta. Yang paling mahal adalah Rolls-Royce
Phantom.
Untuk mobil berharga sekitar Rp 10 miliar itu, harga
sewanya dipatok Rp 50 juta. "Itu semua harga sewa per 12 jam. Tapi,
masih bisa nego kok," kata Arya setengah berpromosi.
Harga itu
sudah termasuk bahan bakar, sopir, dan berbagai fasilitas pendukung
seperti kulkas berikut minuman dan makanan ringan, koleksi buku,
majalah, dan surat kabar. Bahkan, untuk fasilitas keamanan, beberapa
jenis mobil menggunakan body dan kaca antipeluru.
Arya mengaku,
selain kelengkapan armada, salah satu keunggulan Jakarta Limousine
adalah profesionalitas para sopirnya. Selain mahir berbahasa Inggris,
mereka direkrut dari perusahaan jasa keamanan, sehingga memiliki
kemampuan untuk bertindak cepat jika sewaktu-waktu penumpang berada
dalam kondisi bahaya, seperti perampokan atau terjebak kerusuhan massa.
"Beberapa
pelanggan ada yang meminta sopir dilengkapi senjata api atau sekalian
meminta pengawal bersenjata api. Untuk memenuhi itu, kami biasanya
menghubungi pihak kepolisian untuk meminta bantuan dari personel Brimob
yang sedang dinas luar," ujar ayah tiga putri tersebut.
Arya
optimistis, bisnis rental mobil mewahnya akan terus berkembang. Mulai
tahun ini, dia berencana untuk melebarkan sayap bisnisnya ke kota-kota
lain seperti Surabaya, Semarang, Denpasar, Solo, Jogja, Medan,
Pekanbaru, dan Banjarmasin. (*/jpnn)