Oleh Rosdiana Setyaningrum
Psikolog
Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa bisa terkena fobia. Apa saja jenis-jenis fobia dan bagaimana mengatasinya?
Anak-anak
sering merasa takut, entah pada hal yang memang menakutkan atau yang
kita anggap wajar untuk ditakuti hingga pada hal-hal yang rasanya tidak
wajar.
Misalnya saja, anak sering takut terhadap badut atau suara petir. Mereka begitu takut, sampai tidak berani datang ke acara ulang tahun teman atau melihat ke luar saat hujan dan petir.
Misalnya saja, anak sering takut terhadap badut atau suara petir. Mereka begitu takut, sampai tidak berani datang ke acara ulang tahun teman atau melihat ke luar saat hujan dan petir.
Mengapa Anak Merasa Takut?
Bila kita melihat tahapan perkembangan kognitif anak, menurut pakar psikologi asal Swiss, Jean Piaget, anak pada usia 2-7 tahun berada pada tahapan Pra Operasional. Pada tahapan ini, walaupun mereka sudah dapat membayangkan obyek tanpa contoh (misalnya mereka berkata ingin es krim walaupun tidak sedang melihat gambar es krim), cara berpikir mereka masihlah amat sederhana.
Mereka tidak dapat membedakan mana yang khayalan dan mana yang kenyataan. Jadi seandainya mereka takut badut, itu karena mereka tidak dapat membayangkan yang di dalam badut itu sebenarnya orang biasa. Mereka melihat badut apa adanya, yaitu mahluk besar dengan gerakan kaku. Oleh karena itu mereka merasa tidak nyaman tiap kali ada badut didekatnya.
Apa Bedanya Takut dengan Fobia?
Fobia adalah ketakutan yang luar biasa terhadap sesuatu. Bisa saja orang, benda atau kejadian. Misalnya si badut tadi, anak yang takut badut akan tetap mau melewati si badut untuk pergi ke bagian lain ruangan, asal tidak terlalu dekat. Ada juga yang mau mendekat asal ada yang menemani.
Bila anak mengalami fobia, maka ia akan benar-benar merasakan takut yang luar biasa terhadap si badut. Bisa saja dari jarak jauh ia sudah menghindar, menangis, dan bahkan berteriak ketakutan walaupun ditemani.
Pada usia ini, memang masih agak sulit ditentukan, apakah seorang anak mengalami fobia atau ketakutan yang sesuai dengan usianya. Namun, memasuki usia sekolah dasar (usia 7-12 tahun), fobia akan lebih mudah dikenali. Pada usia ini, menurut Piaget, anak akan masuk pada tahapan konkrit operasional.
Artinya, anak sudah mengerti mana yang khayalan dan mana yang bukan. Ia seharusnya sudah tahu, di dalam badut ada orang yang memakai pakaian dan topeng.
Jadi seharusnya ia tidak terlalu ketakutan melihat badut. Mungkin saja ia masih merasa tidak nyaman, tapi ia tidak akan terlalu menghindari atau menangis berteriak ketakutan.
Berbagai Jenis Fobia Pada Anak
Ada berbagai macam fobia yang terjadi pada anak. Namun yang sering terjadi adalah sebagai berikut:
Social Phobia, yaitu rasa takut atau malu yang amat sangat saat seseorang berada di antara orang-orang lain, terutama yang tidak ia kenal.
Anak dengan social phobia, biasanya tidak mau ke tempat umum, seperti mal. Mereka bahkan bisa tidak mau berbicara pada guru saat ia ingin ke toilet, karena ia tidak mau maju ke depan kelas untuk minta izin.
Kadang orang berpikir, anak yang terkena social phobia memiliki sifat pemalu. Tapi sebenarnya, anak dengan social phobia bisa saja punya teman dekat, tapi mereka tidak berani berada di depan orang banyak.
Agoraphobia, yaitu ketakutan berada di antara kerumunan orang. Jadi saat berada di antara orang-orang, baik yang dikenal maupun tidak, ia bisa mengalami panic attack atau serangan panik. Napas tersengal, bahkan yang terburuk sampai pingsan.
Claustrophobia, adalah ketakutan berada di tempat kecil, seperti di lift, terowongan atau pesawat terbang.
Arachnophobia, yaitu takut pada laba-laba. Memang banyak orang takut pada laba-laba, mungkin karena menonton film atau geli melihatnya. Tapi anak yang menderita arachnophobia mempunyai rasa ketakutan yang luar biasa terhadap laba-laba, tanpa alasan jelas.
Penyebab Fobia
Fobia biasanya muncul ketika seseorang pernah mengalami kejadian yang menakutkan. Ada bagian dari otak kita yang bernama amygdala atau otak emosi. Bagian otak ini biasanya mengingat hal-hal yang mengerikan atau amat menyedihkan. Biasanya saat hal-hal yang terekam pada amygdala muncul, reaksi kita menjadi amat berlebihan.
Terkena fobia bukanlah tanda bahwa anak-anak kita kurang dewasa atau kurang kuat kepribadiannya. Sebenarnya ini adalah reaksi otak untuk melindungi kita agar tidak berada dalam situasi yang berbahaya atau menyedihkan. Hanya saja, dalam hal ini otak bekerja secara berlebihan.
Bagaimana Mengatasi Fobia Pada Anak?
Fobia harus diatasi bila anak sudah mengalaminya selama lebih dari 6 bulan, fobia semakin terasa "dalam" dan anak terus-menerus menghindari penyebab fobia. Terutama saat fobia mengganggu kegiatan mereka dan anak merasa ketakutannya tidak beralasan.
Anak belum dapat mengatasi sendiri rasa takut yang berlebihan ini. Ia membutuhkan bantuan dari orang tua, guru, dan bahkan mungkin juga psikolog.
Orang tua dan guru dapat membantu anak memahami ketakutannya secara perlahan. Cari tahu mengenai apa yang ia takuti dan berilah pengertian mengapa ia seharusnya tidak takut.
Pelan-pelan, ajak ia untuk menghadapi apa yang ia takuti tersebut, sambil melatih anak relaksasi. Intinya adalah perlahan dan jangan sampai proses malah menjadi trauma pada anak.
Bila usaha orang tua dan guru dilihat tidak mendapatkan hasil yang baik, bawalah anak ke psikolog untuk mendapatkan bantuan lebih lanjut.